skip to main | skip to sidebar

Cari Blog Ini

Rabu, 22 Juni 2011

hujan di malam kemarau

Ku tepikan mobil di tengah malam hujan deras, di tengah-tengah pertengkaran kita;
"Aku mau merokok sebentar di luar.."
Kamu berusaha mencegahku, ada di matamu, tapi mulutmu tak kuasa bersuara;
Kuisap rokokku dalam-dalam, sambil menutupi dari air hujan..
6 kali isapan, kubuang, aku kembali ke mobil dengan basah kuyup.
Dan..... 

kutanya ke dalam matamu..
"Apakah kita saling mencintai..?"
Kamu meletakan kepalamu di pundak, tersedu dan menggangguk.
"Aku pikir juga gitu, semoga tidak salah pikiran aku ini.." kataku.
Pikiranku tiba2 menerawang.
Perkenalanku dgn Mel, sudah hampir 1 tahun, aku menemukan dia didalam tarian malam, dengan jiwa yang labil dan punya beberapa kepribadian, mengingatkanku pada sosok di buku "Sybil; Wanita dengan 16 Kepribadian", dan aku tidak tau, Mel punya berapa, yang pasti lebih dari 4 dan yang lebih mengerikan lagi, setiap pribadinya berubah, wajahnya juga ikut berubah, meski sedikit.

Kisah perjalanan aku dan Mel tidak begitu baik, aku berusaha sekuatku membawa dia kembali ke kepribadian sesungguhnya, yang dapat ku lihat timbul sekilas dan seakan-akan meminta tolong beberapa saat ketika aku bicara padanya...
Dan kepribadian ini selalu berusaha ditutup2i oleh Mel atau oleh kepribadian lainnya, tapi aku tidak peduli, karena aku yakin, cinta dapat mengembalikan kepribadiannya yang sesungguhnya, yaitu cerdas, anak yang baik, soleh, sangat ringan membantu orang tanpa pamrih, yang sering melampaui kemampuan sendiri, peduli dengan keadaan sosial sekitarnya dan keluarga.
Aku tau Mel, semua kepribadian itu muncul dan menutupi kepribadian asli kamu karena keadaan yang menempa kamu, membuat kamu terjepit dan terpaksa menciptakan kepribadian-kepribadian tsb.
Sering kita bertengkar hanya karena usaha aku untuk mengembalikan kamu, tanpa setahu kamu, sering kamu tertawa bersama teman-teman kamu diatas yang kamu pikir kebodohan aku, aku  tidak peduli Mel, karena aku tetap melihat mutiara itu dan aku ingin memiliki mutiara itu.
Aku tercenung sejenak memandangmu, kudongakkan kepalaku dikedalaman malam yang pekat...
"Lihat ke langit" kataku.
"Kenapa?" tanya kamu heran
"Lihat saja, ada apa disana..."
Kamu juga ikut mendongakkan kepalamu kelangit,
"Bintang..."gumam kamu.
"Ya, bintang, banyak sekali bintang disana..., pilih satu.." pintaku
"Buat apa?"
"Bila aku rindu, aku akan mencari kamu disana, dimanapun aku berada dibelahan bumi ini..."
Matamu menari dan mencari..
"Sudah ketemu?"
"Sudah..." jawabmu sambil menunjuk yakin
Dan, kamu memilih bintang yang paling terang, yang paling indah diantara yang lainnya.
"Itu pilihan kamu? Besar dan indah sekali..., dan coba lihat, itu bintangku, ada disebelahmu, tidak besarkan? Mungkin tidak indah, tapi dekat kamu" kataku

Keesokan malamnya, langit mendung, kita bertemu kembali...
"Mel, sudahkah kamu melihat bintang yang kamu pilih kemarin? Lihatlah setiap hari.."
"Belum, mana ya...?"
Sejenak kemudian..
"Ah..itu dia..." sahut kamu setengah menjerit kesenangan.
"Tapi mana bintang kamu...?" mata kamu kembali menari-nari dan mencari-cari.

Lihatlah Mel, langit mendung, bintang-bintang yang lain bersembunyi dibalik awan hujan, tinggal bintang kamu yang sendiri, seperti hidup kamu Mel, selalu sendiri dan kesepian, meskipun kadang hidup yang kamu pilih indah dan menarik seperti bintang itu, tapi tidak selalu itu yang terbaik.
Di saat-saat mendung dalam hidup kamu, bintang yang terdekatpun, yang berjanji akan menemani dan menari bersama kamu, tidak kuasa untuk menepati janjinya, mungkin karena tidak sanggup mengalahkan kilaumu, mengalahkan tarian malammu... hingga hanya bisa berdoa dan memohon, agar kamu tidak memandang kehidupan ini hanya dengan kerlap-kerlip kesenangan semu.

Kupandang wajahmu yang memelas dengan pilihanmu, ada sebersit harapan dan permintaan di matamu untuk mengganti bintang itu, tapi sudah tidak bisa Mel, pilihan adalah pilihan, yang tidak bisa digantikan, karena bintang-bintang yang lain sudah ada pemiliknya.
Oh ya, Mel, terimakasih telah memilih bintang besar itu, karena setiap aku rindu, bintang itu selalu ada disana untukku...

Itu saat terakhir aku merasa lelah, disaat cinta dan sayangku demikian besarnya, dengan sangat berat, aku meninggalkanmu setelah 6 bulan dari perkenalan itu, kita berpisah selama 2 bulan, tapi dalam masa itu, kita berdua membohongi diri sendiri, mencoba untuk melihat dari sisi lain dalam hubungan ini dan aku merasa tidak pernah bisa melihat sisi lain itu... ternyata kamu juga... kamu yang pertama menghubungi aku lagi, setelah kamu membuang semua nomor-nomor telpon yang bisa di hubungi, kita kembali.

"Sayang, kamu mau tidak datang kemari menemani aku sebagai adik?" itu pesan singkat kamu... kamu masih angkuh juga ya Mel...
Setelah berpikir sejenak...
"Ya... aku datang..." jawabku

Sesampai disana, kamu menangis,  kamu memelukku erat-erat, berjanji untuk berubah, meninggalkan semuanya dan aku melihat mutiara yang aku cari itu keluar dari diri kamu..oh.. Tuhan.. terimakasih.. dan kamu juga meminta 1 hal, yaitu ingin menikah denganku meskipun kamu hanya bisa merasakannya 5 menit dalam akhir hidupmu, ya... aku berjanji Mel..

Tapi luka itu Mel...luka yang kamu goreskan di hatiku demikian dalam, merobek-robek sampai ke pembuluh darah yang terkecil, hingga timbul pertengkaran ini, tapi ingat Mel, aku tidak pernah kasar, tidak pernah memaki kamu, benarkan Mel? Meskipun dialog-dialog yang aku ciptakan, kamu balas dengan kasar, aku maklumin kok Mel dan kamu tau aku tidak pernah bisa marah, mungkin juga karena penyakit yang aku derita.

Ya... 1 bulan yang lalu, aku terpaksa mengaku, kalau keadaanku tidak begitu baik menurut dokter, tumor itu semakin mendesak otakku, sehingga makin kecil, aku terpaksa mengaku, karena kamu curiga, saat-saat aku menghilang sebentar dan tidak bisa dihubungi dari kehidupan kamu, adalah untuk membalas perlakuan kamu.. sama sekali bukan Mel, jika sedang menghilang, aku sedang ke dokter Mel dan  tempo hari yang seharian aku menghilang, aku sedang MRI, kata dokter, memfoto otakku, dan dalam 3 bulan, aku foto lagi Mel, ternyata begitu cepat...hanya padamu aku cuma bisa katakan, jangan kuatir, tidak separah yang dibayangkan karena aku seorang survivor Mel.. sama seperti kamu... survivor tulen... mungkin itu yang menyamakan cinta kita ya Mel...

Tapi waktuku itu sebenarnya cepat datang, dia akan seperti pencuri, aku sadari itu, kata dokter tidak mungkin mengangkatnya Mel, hanya membuang biaya dan meninggalkan ruang kosong di kepalaku, hingga guncangan sedikitpun akan mempengaruhi otak ku, aku sadar Mel, aku tidak mau menderita seperti itu seumur hidup, toh setiap kehidupan ada akhirnya kan...? 
Kamu tau Mel, tambah hari, aku tidur tambah pendek, dan hari ini adalah hari ke-4 aku tidak bisa tidur...
Sementara, sakitku ini juga tambah sering membuat pikiran-pikiran kosong, sehingga timbul p
ertengkaran ini Mel...maafkan aku ya Mel.. membuat kamu menangis..
Aku tersentak oleh sesuatu yang basah di pipiku..baru aku sadari tangismu..
Kutatap wajahmu dalam-dalam, dengan mata yang coba ku fokuskan...aku takut kehilangan lekuk wajahmu..

"Mel... maukah kamu menikah denganku..?" pintaku.
Kamu mengangguk..
"Ayo kita menikah sekarang.." pintaku
Kamu agak bingung, terasa dari gerakan kepalamu..
"Bagaimana mungkin semudah itu.."
"Mel...percayalah, kita buat mudah Mel, kita tidak perlu orang-orang datang, kita tidak perlu pesta-pesta, disini, kita berdua, disaksikan ribuan mahluk-mahluk sumber kehidupan yang menetes dari langit, mereka saksi kita Mel,
apakah ada yang lebih penting dari cinta kita? Bukankan Adam dan Hawa dulu menikah hanya berdua saja...?"

Kamu memandangku penuh arti, menggenggam tanganku dengan bahagia..
"Ayo kita menikah sekarang..." katamu yakin..
Aku tersenyum padamu...Kugenggam erat tanganmu..
"Ikuti kata-kata aku, setelah aku selesai ya..."
Kamu mengangguk.
"Aku dulu ya.." kataku.
"Tunggu sebentar, kita keluar mobil, kita mengucapkan janji di depan mobil, di tengah tetesan air dari langit yang
jadi saksi kita" katamu sambil membuka pintu mobil, tanpa menunggu aku menjawab.

Aku ikut keluar dari mobil, di bawah malam, diterangi lampu mercury jalanan, kita berhadap-hadapan, sambil saling menggenggam.

Mulai kuucapkan janjiku, dengan cukup keras, mengalahkan bisingnya suara-suara para undangan dari langit.
"Aku, Alexander, menerima kamu, Melani, sebagai istriku yang sah, dalam suka maupun duka, dalam senang maupun susah, dalam keadaan apapun dia, sampai selama-lamanya, terimakasih Tuhan telah memberikan kebahagiaan ini dan tolong Tuhan berkati pernikahan ini, Amin..."
Kamu langsung melanjutkan..
"Aku, Melani, menerima kamu, Alexander, sebagai suamiku yang sah, dalam suka maupun duka, dalam senang maupun susah, dalam keadaan apapun dia, sampai selama-lamanya, terimakasih Tuhan telah memberikan kebahagiaan ini dan tolong Tuhan berkati pernikahan ini, Amin..."
Kamu mengulang dengan sempurna...aku memang sering terpesona oleh kecerdasanmu Mel...daya ingatmu..kupeluk, kucium bibirmu, kamu memelukku erat-erat, ditengah suara hujan, yang seolah-olah menjelma menjadi orkestra pernikahan dari langit, menyanyikan dendang-dendang dari surga...

"Mel...ingat tentang bintang yang pernah kita miliki? Lihatlah kelangit, bintang kita berdua hilang malam ini Mel, sayang mereka tidak bisa menyaksikannya, tapi ingat Mel, ketika aku tiada, aku akan berada diatas sana, menghuni bintang itu, sambil menunggu kedatangan kamu dan selama itu aku akan tetap mengawasi kamu dari sana... kalau kamu rindu lihatlah kesana..."
Kamu memelukku lebih kencang dan menggangguk pelan.
"Iya...aku akan.." jawabmu lirih

"Ayo kembali ke mobil, kamu sakit nanti" kataku.
Kuusap wajahmu, menyingkirkan titik-titik air, kuberi jaket kulitku, pemanas AC kuhidupkan..tiba2 aku merasa ingin memeluk kamu, meletakkan kepalaku di dadamu...
Kuletakkan kepalaku, kamu membelai rambut basahku... aku merasa ngantuk Mel.. semua beban ku mulai terpecah-pecah, melepaskan diri, sayup kudengar lagu Element - Cinta Tak Bersyarat di radio, kupejamkan mataku, merasa tangan kamu hangat sekali, aku ngga ingin terbangun Mel... aku ingin menikmati ini selamanya sampai akhir dari hayatku, Mel...

Pelan dan pasti, aku merasa ada api yang mengecil, dan semakin kecil, aku merasa dingin, tapi badanku seringan kapas Mel, aku tidak bisa merasakan belaian hangatmu lagi Mel.. kenapa Mel..? Kenapa..? Kulihat kamu tidak berhenti mengelus rambutku, tapi mana rasa itu Mel... Kucoba menyentuh pipimu, tapi tidak bisa Mel... Aku coba keluar mobil, tapi begitu mudah dan hujan sudah tidak bisa membasahi tubuhku lagi.. ada apa Mel...? Aku berteriak memanggil namamu, kamu tidak mendengarnya, hanya kulihat tangisanmu yang menderas, mengalahkan undangan langit kita, jeritanmu mengalahkan orkestra surga...ternyata Mel, aku baru sadar, ternyata.. 5 menit yang pernah kamu minta itu adalah milikku...kutunggu kamu di bintang ya Mel... Aku sayang kamu...

0 komentar:

Posting Komentar